Minggu,
21 Agustus 2016
09:30
A.m
Pagi ini hujan cukup deras, setelah kurang lebih 2
jam hujan akhirnya hujan nya pun reda. Setelah hujan reda saya melihat di
langit ada pelangi yang sangat indah. Bagaimana
pelangi itu bisa terjadi?
Proses terjadinya Pelangi dapat kita
tinjau dari materi fisika yaitu Optik atau cahaya. Beberapa konsep fisika yang
berhubungan dengan proses terjadinya pelangi antara lain pembiasan,
pemantulan, dispersi cahaya dan spektrum gelombang elektromagnetik yang
diwujudkan berupa warna cahaya pada pelangi.
Pelangi merupakan satu-satunya
gelombang elektromagnetik yang dapat oleh lihat mata manusia. Pelangi adalah
gejala optik dan meteorologi yang terjadi sacara alamiah dalam atmosfir bumi
serta melibatkan cahaya matahari, pengamat dan tetesan air hujan.
Jika ada cahaya matahari yang
bersinar setelah hujan berhenti, maka cahaya tersebut akan menembus tetesan air
hujan di udara. Udara dan tetesan air hujan memiliki kerapatan yang berbeda,
sehingga ketika cahaya matahari merambat dari udara ke tetesan air hujan akan
mengalami pembelokkan arah rambat cahaya (pembiasan cahaya).
Cahaya matahari merupakan sinar
polikromatik, saat masuk ke dalam tetesan air hujan akan diuraikan menjadi
warna-warna monokromatik yang memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda.
Cahaya matahari yang telah terurai menjadi warna monokromatik sebagian akan
mengalami pemantulan saat mengenai dinding tetesan air hujan dan sebagian
lainnya akan menembus ke luar tetesan air hujan.
Masing-masing gelombang cahaya
monokromatik tersebut akan mengalami pembiasan cahaya saat keluar dari tetesan
air hujan dan arah pembiasannya akan berbeda-beda, tergantung pada warnanya.
Pembiasan ini terjadi karena cahaya mengalami perubahan indeks media dari udara
ke air. Ketika sinar dihantarkan kembali ke permukaan belakang tetesan
air,hampir seluruhnya dibiaskan dan keluar dari tetesan air
Warna-warna monokromatik yang keluar
dari tetesan air hujan mempunyai panjang gelombang yang berada dalam rentang
400 – 700 nm. Pada rentang 400 – 700 nm, gelombang cahaya yang dapat dilihat
oleh mata manusia ialah gelombang yang mempunyai gradasi warna merah sampai
ungu. Gradasi warna tersebut diasumsikan sebagai warna merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Susunan gradasi warna tersebut kita
namakan sebagai pelangi.
Ketika kita melihat warna-warna ini
pada pelangi, kita akan melihatnya tersusun dengan dengan merah di paling atas
dan warna ungu di paling bawah. Skema terjadinya pelangi lihat pada gambar
dibawah ini !
Saat kita melihat pelangi, daerah di
bawah pelangi akan terlihat lebih terang jika dibandingkan dengan daerah
lainnya di sekitar pelangi. Daerah yang terlihat lebih terang tersebut
dinamakan daerah terang pelangi.
Ada dua hal yang menyebabkan daerah
terang pelangi terlihat lebih terang dibandingkan daerah lainnya, yaitu;
·
Cahaya matahari yang masuk ke
tetesan air hujan yang menimbulkan pelangi pertama mempunyai intensitas cahaya
matahari yang paling besar.
·
Pada proses pembentukan pelangi
pertama, saat berada dalam tetesan air hujan, cahaya matahari hanya mengalami
satu kali proses pemantulan cahaya, sehingga energi yang terserap oleh tetesan
air hujan masih cukup banyak.
Proses terjadinya pelangi melalui
pembiasan, pemantulan dan dispersi cahaya secara matematis dapat dijelaskan
sebagai berikut
Jika kita
melihatnya dengan mata telanjang saat fenomena tersebut terjadi maka bentuk
pelangi adalah Setengah lingkaran atau melengkung (bagian
lingkaran), namun sebenarnya bentuk pelangi adalah Lingkaran penuh. Hal
tersebut disebabkan karena pelangi terpotong oleh horison bumi, atau objek lain
yang menghalangi cahaya, misalkan gunung dan bukit.
Pelangi terjadi akibat pembiasan
cahaya pada sudut 40-42 derajat. Karena sudut pembiasan tetap, maka letak
terjadinya warna pelangi selalu tetap dari pusat cahaya, sehingga jari-jarinya
juga tetap, kalau jari-jari nya tetap konstan dari satu pusat atau titik, kita
akan mendapatkan lingkaran. Kalau lingkarannya kita potong, kita selalu dapat
bagian lingkaran yang melengkung.
Saat memandang sebuah objek, mata
manusia bersifat konvergen atau mengumpul. Pandangan mata kita saat melihat
sebuah objek dapat diilustrasikan sebagai sebuah kerucut yang memiliki titik
puncak pada mata kita.
Kemiringan kerucut yang terbentuk dipengaruhi oleh posisi matahari. Sebagian alas kerucut tidak dapat kita lihat karena berada di bawah garis horizontal bumi, sedangkan sebagian lainnya terlihat sebagai busur atau biasa kita sebut sebagai pelangi.
, posisi relatif pelangi terhadap
pengamat dan matahari dapat juga dijelaskan. Posisi matahari pengamat dan
pelangi akan selalu dalam satu axis, di mana matahari akan selalu berada di
belakang pengamat. Kita tidak dapat melihat pelangi jika posisi matahari tegak
lurus dengan garis horizontal bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar